BANTAH ! Data Ternak Mati Tidak Sesuai, Kata Kadisnakkan Situbondo‼️


(Foto: Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kholil, SP.MP. Red).
 
Situbondo | Arjunanewsonline.com – Diberitakan sebelumnya kasus PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) yang dialami hewan ternak yakni Sapi dan Kambing meningkat. Dan kasus hewan ternak yang mati hasil laporan masyarakat secara keseluruhan ada 45 hewan ternak yang mati.
 
Hal ini dibenarkan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Situbondo, Kholil SP. MP. mengatakan bahwa. Kamis, (14/07/2022).
 
“Jadi data yang dirilis Disnakkan Situbondo tidak betul, itu berdasarkan hasil laporan dari Dokter Hewan yang memperoleh laporan dari masyarakat ternaknya yang sakit dan diobati. Yang mati dilaporkan oleh masyarakat ada 7 ekor ternak”, ujarnya.

BANTAH‼️Data Ternak Mati Tidak Sesuai‼️Ini Kata Kadisnakkan Situbondo‼️

https://youtube.com/shorts/RZCqbkaHsw4?feature=share

 
Lanjutnya, “Untuk ternak yang mati seharusnya dilakukan otopsi oleh Dokter Hewan Sesuai Keputusan Menteri Nomor 518 Tahun 2022. Karena melihat kejanggalan seperti itu, maka kami membuat terobosan untuk bekerja sama dengan seluruh desa untuk mengadakan Sensus ternak ternak di seluruh Kabupaten Situbondo”.
 
“Dari 184.463 ekor ternak yang akan disensus serta di survey dan ada 125.000 kandang secara keseluruhan. Hari ini terdapat rilis terbaru ada kasus PMK positif 3.618, sakit yang sudah di obati ada 3.249, sembuh 332, mati 45. Dari 45 ternak yang mati di antaranya 7 hewan ternak yang dilaporkan oleh masyarakat dan positif PMK yang dilakukan diotopsi Dokter Hewan. Yang 38 hewan ternak angka kematian yang dilaporkan ternak hasil laporan dari masyarakat kepada Kepala Desa melalui Pak Kampung (Kepala Dusun)”.
 
Lebih jauh lagi, “Data ini akan terus bergerak sesuai dengan hasil sensus ke desa desa. Penyebabnya kekurangan tenaga dokter dan hanya ada 20 tenaga medis (dokter hewan) itu harus memvaksin 10.100 ekor ternak dan harus mengobati 3.600 ternak serta harus juga mendata. 
 
“Hal itulah yang menjadi penyebab data tidak sesuai dan lebih mementingkan untuk memvaksin dan mengobati. Untuk Disnakkan memang keterbatasan tenaga medis justru kami bekerjasama dengan desa desa. Untuk keterbatasan tenaga medis Disnakkan sudah bersurat ke beberapa Universitas untuk menambah tenaga medis dan juga bersurat kepada Disnakkan Propinsi Jawa Timur untuk tambahan tenaga”, imbuhnya.
 
“Sampaikan kepada masyarakat bahwasannya kami Disnakkan tidak menyembunyikan data melainkan keterbatasan tenaga untuk memvaksin, mengobati dan lebih lebih mendata. Dan kami mohon maaf kepada masyarakat atas keterbasan kami cuma sedikit, yang akhirnya berdampak data kedodoran. Dan jangan khawatir kami akan terus melakukan pengobatan. Untuk vaksin sudah datang 15.000 yang siap akan disalurkan kepada masyarakat untuk ternaknya”, pungkasnya. (Tim/Red)

Berita Terkait

Top